Masih Pentingkah BukBer ?
![]() |
www.pexels.com |
Ini
menjadi pertanyaan yang timbul di dalam diri ketika Bulan Ramadhan semua orang
beramai-ramai mengadakan acara buka puasa bersama. Orang yang mengajak pun
bermacam-macam dari segala penjuru kehidupan yang pernah lo jalani selama hidup
di bumi ini. Diawali buka bersama teman kantor, teman kuliah, teman SMA, teman
SMP, teman SD bahkan saking niatnya ada buka puasa teman TK. Belum lagi
kegiatan non formal yang pernah dan sedang lo jalani selama ini juga mengadakan
buka puasa bersama, misal bukber teman organisasi kampus, teman OSIS, teman
ekskul SMA, teman Bimbel, teman fans club
sampai dengan yang absurd teman satu tongkrongan.
Intensitas
ini akan menjadi semakin padat jika memasuki minggu terakhir menuju lebaran.
Mengapa? Karena pada minggu ini formasi peserta yang akan dihadir lebih banyak
didukung oleh THR yang sudah cair dan juga sudah kembalinya teman-teman dari
dunia perantauan.
Dari
pengalaman yang gw jalani selama menjadi insan di dunia ini dan yang sudah
pernah mengalami buka puasa bersama dengan orang yang berbeda-beda, gw
mengambil kesimpulan bahwa buka puasa bersama tidaklah terlalu penting bagi lo
yang memang mau fokus mengejar ibadah di bulan suci ini, tetapi akan berasa
sangat penting bukber bagi lo yang ingin mengumbar dan memberitahu kepada
teman-teman lo tentang keadaan lo saat ini.
Bukber
disini bukan dalam konteks lo dan teman-teman lo buka bersama di mesjid. Kalau
buka di mesjid itu bukan buka bersama tetapi buka gratis bersama.
Ada
beberapa alasan bagi gw kenapa bukber itu menuju ke arah tidak penting :
1.
Lo
akan kehilangan moment salat maghrib berjamaah
Momen
bukber akan jauh berbeda ketika lo berbuka puasa seperti biasa. Ketika bukber
lo akan memprioritaskan untuk ngobrol dengan teman-teman lo sampai tiba adzan
maghrib berkumandang. Ketika pada hari biasa yang lo lakuin adalah membatalkan
puasa lo sementara dan langsung bergegas menuju ke mesjid untuk menunaikan
salat maghrib. Ketika bukber lo juga seperti biasa dengan membatalkan puasa
terlebih dahulu namun ketika ingin menunaikan salat maghrib lo akan menghadapi
tempat salat dan tempat wudhu dimana lo harus ngantri untuk itu dengan
kemungkinan lo akan menunaikan salat maghrib seperti lo menunaikan salat
maghrib di kamar sendirian. Belum lagi ketika lo sudah memprediksi bakalan
ngantri di tempat wudhu dan tempat salat lo memutuskan untuk makan makanan yang
udah lo pesan terlebih dahulu. Otomatis, waktu salat maghrib lo akan semakin
singkat dan yang pasti lo kerjakan tidak di awal waktu. (-1)
2.
Lo
akan kehilangan moment salat tarawih berjamaah di mesjid
Sepertinya dua jam atau tiga jam masih
terasa kurang untuk ngobrol dengan teman-teman, apalagi momen kaya gini jarang
terjadi akhirnya lo lebih memilih untuk “tarawih di rumah”. Sekali lagi, lo
kehilangan momen langka di bulan ramadhan. Hal ini juga didukung dengan rasa
kenyang yang udah lo dapatkan dari makanan yang udah dipesan panitia bukber lo.
Rasa ngantuk dan malas untuk bergerak membuat diri lo mengambil keputusan untuk
salat tarawih sendiri aja. (-2)
3. Lo
malah akan menambah rentetan dosa dengan menerima kumpulan ghibah bersama
temen-temen lo dan lo juga ikutan menyambut umpan ghibah dari teman lo
Kayanya akan berasa kurang afdol jika
pertemuan lo dan teman-teman lo tidak dilengkapi dengan ngobrol yang menjurus
kepada ngobrolin orang lain, entah itu bos lo di kantor, teman lo yang ga bisa
datang di acara bukber ini, dan orang lain siapapun itu. Disaat lo mencoba
untuk tidak merespon perbincangan teman-teman lo itu rasanya ada yang gatal
ketika teman lo mengumpan jika lo tidak menyambut umpan tersebut, dan
terjadilah yang sekarang disebut dengan JULID. Kita sepertinya sepakat bahwa
hal tersulit untuk ditahan dalam menjalani bulan puasa ini adalah menahan untuk
menceritakan orang lain. (-3)
Tiga
alasan sepertinya sudah cukup mewakilkan dari banyak alasan mengapa buka
bersama itu tidak terlalu penting untuk lo hadiri. Terlepas dari adanya embel-embel
silaturahmi dalam acara buka bersama, gw menganggap lebih banyak dampak negatif
yang bakalan diterima ketika tradisi ini tetap dijalankan terus menerus baik
itu sebagai panitia atau tinggal datang saja karena belum tentu kita dapat
mencari pahala sebanyak kita cari di bulan ramadhan. Lagi pula silaturahmi disaat
ini juga tidak perlu dengan bertatap muka kan?
Ngomong-ngomong,
target ibadah yang udah lo rencanakan di awal Bulan Ramadhan apakah tercapai
sampai malam takbiran?
Kasur
di Kamar, 12 Juni 2018
Komentar
Posting Komentar