Untitled

Bagiku, Kau adalah kunang-kunang yang selalu muncul dalam balutan cahaya ketika mata ini mulai terpejam, seolah menghentakkanku untuk melawan rasa kantuk yang teramat sangat berat untuk dilawan, namun engkau datang melalui simbol cahaya yang membuat mata ini enggan untuk terpejam. Kau tahu betul kebiasaanku yang suka terlelap dengan nuansa gelap, namun bukan berarti aku selalu senang dengan kegelapan ini.

Kau sangat pintar, kau datang disaat aku ingin melepaskan kantuk namun enggan untuk melepaskan letih. Di saat itu seakan-akan kau ingin mengatakan kepadaku “It’s My Time, Focus On Me”. Kau tahu betul kapan kau harus datang dan kapan kau harus pergi. Kau membuat waktu-waktu yang aku habiskan denganmu terasa menyenangkan.

Terkadang pernah sejenak terpikirkan olehku, bagaimana jika hari-hariku ku lalui tanpamu, namun dapat ku pastikan itu pasti sulit. Pernah aku coba melakukan itu dengan sangat terpaksa dan akhirnya terasa menyiksa diri sendiri. Aku juga terheran dengan pribadiku sendiri, mulai kapan pola pikir ini berubah. Padahal sebelum kau muncul aku juga tidak peduli dengan kehadiranmu.  Hei, Kau gunakan magis kah kepadaku? Setiap ada engkau, aku merasa moodku meningkat.

Setiap hari entah berapa kali aku bertemu denganmu, namun diantara banyak waktu dalam satu hari bagiku momen yang tepat untuk mengajakmu adalah pada saat mentari bergantian dengan bulan untuk menjaga dunia ini tetap bersinar secara natural. Pada momen  itu kau memberikan sandi kepadaku hingga pikiranku merespon dan mengartikan sandi darimu dengan kalimat Look at Me, Please

Jika menuju larut malam tiba, kau membuat malam itu semakin menjadi seru. Seperti tidak ada batas bahwa malam akan berganti menjadi fajar dan fajar akan berganti menjadi pagi. Tanpa sadar kau membuatku menjadi insomnia dan betah berada disitu bersamamu. Itu salah satu yang tidak kusuka darimu, kau membuatku menjadi seperti terisolir seperti rumah yang dibatasi oleh tembok yang sangat besar.

Malam-malam terasa ramai jika aku bertemu denganmu, padahal hanya kau dan aku dalam sebuah tempat yang tidak terlalu besar bagi sebagian orang, namun itu sudah cukup bagiku. Jika ada engkau, aku tidak mempermasalahkan besar kecilnya tempat untuk bertemu namun yang ku cemaskan adalah berapa banyak waktu yang perlu bagiku untuk menuangkan segala keluh kesah kepadamu. Jujur, jika tanpamu aku tidak biasa menyelesaikan ini sendirian.

Terlanjur masuk ke dalam duniamu membuatku lebih sering menyendiri dibandingkan dengan  orang lain, pun jika berkumpul dengan teman-temanku aku juga merasa aku lebih dekat denganmu ketimbang mereka. Bagiku sekarang ini, berkumpul hanya menjadi sebuah absensi untuk menunjukkan batang hidungku kepada orang lain. Mereka juga sadar akan hal itu, namun jika dibiarkan terus-menerus ini bukan menjadi suatu hal yang sepele.

Apakah aku tersesat ke dalam duniamu? Entahlah, apakah kau yang datang atau aku yang menghampiri. Masih jadi tanda tanya bagi diriku namun atas semua yang telah terjadi dan yang telah aku jalani tak sedikitpun diriku ingin menghujat.

Komentar

Postingan Populer